Kuala Lumpur dan Lombok, Istimewa dengan Daya Tarik Tersendiri.




Jadi, setelah take off dari bandara Jeddah, meskipun sedikit kesel sama Malindo, they surprisingly have a very good service. Di dalam pesawat ada in-flight enterainment berupa layar depan kursi, terus di kursi itu sudah disediain bantal dan selimut. Dan juga ditawari handsfree untuk yang mau.
Airplane food never actually tastes good, right?
Dan juga kami diberi makan dua kali, yang pertama itu nasi briyani, yang kedua lupa hehe. Terus di pesawat, maag aku kambuh. Dan disitu mau minta obat sama pramugarinya, tapi bingung dong mau bilang apa, karena aku gak tau bahasa Inggris maag itu apa. Jadi ini penting ya teman-teman. Sebelum traveling, pastikan kamu hafal bahasa Inggris dari penyakit-penyakit yang umum, atau yang kamu derita. Percakapannya kira-kira seperti ini: I: Icha
P: Pramugari
I: Excuse me...
P: Yes? How can i help you?
I: Do you have a medicine for.... *mulai bingung*
P: Yes? *nanya sambil senyum*
I: Uh... this on my stomach *mulai gak jelas*
    *minta bantuan sama ibu* BU APA NIH BAHASA INGGRISNYA MAAG.
P: *ketawa* Gapapa ngomong pakai bahasa aja, kenapa? Sakit apa?
I: *malu* Eh... Itu mbak, maag hehe....
HAHAHA MALU-MALUIN SIH UDAH SOK-SOKAN PAKAI BAHASA INGGRIS TERNYATA MBAKNYA BISA NGOMONG PAKAI BAHASA INDONESIA. Akhirnya karena mbaknya gak punya obat maag, aku dikasih minuman untuk menurunkan asam lambung, seenggaknya gak terlalu sakit.
Selain itu kami juga singgah di bandara Ahmedabad, India. Awalnya waktu lihat tiket, aku kira bakal transit yang turun dari pesawat, tapi ternyata enggak huhu. Jadi mungkin pesawatnya transit di India hanya untuk mengisi bahan bakar. Tapi serius, karena aku capek banget, jadinya tidur selama penerbangan.

Sampailah kami di Malaysia sekitar jam 5 sore. Setelah keluar dari terminal, aku langsung memesan grab untuk langsung ke hotel. Sekitar 200-300 ribu rupiah kalau gak salah. Jadi pas sampai bandara, langsung beli SIM card Malaysia terus langsung whatsapp Ayah. Dikasi lah aku direction ke hotel, nama hotelnya Goldbrick Hotel di daerah Bukit Bintang. Selama di jalan ya aku lihat kanan-kiri, bener-bener fascinating sih. Jadi pas sampai di area hotelnya, Ayah ngomong gini ke aku "Liat tulisan hotel gak? Nah di sampingnya" WADUH PERASAANKU UDAH GAK ENAK NIH HAHAHA. Jadi pas turun dari Grab bener-bener clueless, dan ternyata, hotelnya masuk lorong dong. Bukan lorong sih, lebih ke hallway, habis itu harus naik tangga lagi, baru dapat lift. Jadi hotelnya ini kaya gabung gedung sama hotel lain. Tapi pas sampai hotelnya tuh kaget, karena feel dan vibe nya sangat beda dengan jalan masuknya. Terus masuk kamar kan, DAN YA KAMARNYA.... Buka pintu langsung ketemu kasur, sebelah kiri langsung kamar mandi. Dan tebakan aku hotel ini sebenarnya untuk backpacker. Aku sih gak ada masalah dengan hotel seperti ini, cuma kasihan sama nenek karena kan harus naik tangga.

Setelah istirahat sedikit, aku mandi dan langsung siap-siap untuk ke Jalan Alor yang katanya street foodnya mantap-mantap. Ya sudah, setelah siap kami langsung turun, tapi Momo dan Nenek gak ikut. Momo alerginya tiba-tiba kambuh, dan untungnya disebelah hotel itu ada apotek. Jadi pas Ibu aku beli obat buat Momo, aku beli lipbalm nivea karena gak bawa sama sekali hehe. (Efek Yunhyeong sebagai duta nivea. Blame him.)
Setelah itu, kami langsung ke Jalan Alor, sekitar 5 menit jalan kaki dari hotel, dan itu benar-benar crowded, i love it. Kami disambut dengan jajanan-jajanan yang sangat tempting dan akhirnya aku beli es krim yang tempatnya pake batok kelapa tua, dan itu rasanya lucu sekalii. Kaya aku hehe. Setelah itu, kami langsung menuju satu tempat makan seafood dan memesan beberapa makanan. Kami mesan tomyam, sama cumi saus telur asin, sisanya lupa. Kalau kalian mau makan disana dan kalian muslim, pastikan kalian cari tempat makan yang tidak menjual (maaf) babi. Tapi ya, meskipun gak jualan maknan seperti itu, halal dan haramnya sesuatu itu kita gak pernah tahu.
Me and my love aka foods (maafkan aku bu)
Setelah makanannya sampai, kami langsung makan dan itu RASANYA ENAK BANGET. Cumi saus telur asinnya punya rasa yang unik. Kalau kata anak-anak zaman now sih salted egg ala-ala gitu ya. Untuk makan 6 orang itu sekitar Rp.300.000, kalau gak salah ingat ya. Setelah makan, kami kembali ke hotel karena emang udah malam.


Paginya, aku bangun dan langsung siap-siap untuk sarapan di luar. Aku, Ibu, sama adik-adik aku pun makan di satu tempat makan yang namanya CoffeeBox. Jadi tempat makan ini ada di bagian belakang Imperial Hotel Bukit Bintang, kalian harus lewatin penjual sepatu untuk sampai ke CoffeeBox itu. Makanannya affordable dan banyak promo, tapi rasanya juga mantap. Setelah itu kami pun jalan ke daerah mall-mall dan toko-toko barang branded, seperti H&M, Charles & Keith, dll. Kami juga pergi ke Pavillion KL, salah satu mall di daerah Bukit Bintang. Dan disitu ternyata sedang ada acara atau pameran dari LEGO. Entahlah. Jadi kami singgah sebentar karena Akhtar itu suka LEGO, pakai banget. Disitu ada miniatur-miniatur tempat yang terkenal di Kuala Lumpur dan juga lukisan super besar yang dibuat dengan LEGO. Bahkan ada replika rumah tradisional Malaysia!
Salah satu miniatur LEGO
Setelah itu, kami langsung ke lantai atas untuk langsung ke LEGO Store, dan aku juga ikut. Di LEGO Store ini ada dinding yang sudah ditempelin base LEGO dan pengunjung bisa membuat tulisan-tulisan atau gambar dari LEGO dengan brick yang sudah disediakan. Aku pun bikin dengan beberapa nama. Dan disitu tiba-tiba ada rombongan dari Korea gitu, terus aku kaya coba buat small talk gitu dan untungnya mereka ramah HEHE aku aja yang gak tau malu.

Salah satu toko cosplay di Sungei Wang
Setelah Akhtar selesai belanja di LEGO Store, kami langsung ke mall Sungei Wang. Yang aku lihat waktu awal sampai di daerah Bukit Bintang. Dan di dalam situ, anehnya.... sepi. Padahal loh ya aku masuk dan lihat-lihat, toko yang ada disana tuh lucu-lucuuu. Banyak hobby stores, apalagi yang Jejepangan. Mulai dari DVD sampai kostum cosplay ada semuanya. DANNN ada satu toko yang jadi favorit aku yaitu toko K-Fashion. Disana ada banyak sih, tapi satu yang aku bener-bener naksir. Barang-barangnya keren abis, dan harganya gak terlalu mahal. Aku awalnya beli satu baju disitu, kemudian sorenya balik lagi beli satu hehe. Oh dan fyi, toko-toko hobi ini terletak di lantai 3. Disana juga ada Miniso yang gak terlalu besar, tapi barangnya lucu-lucu! Sebelum pulang kami singgah ke toko coklat yang ada di lantai dasar. Kalau kita masuk lewat pintu depan, itu bakal langsung ketemu sama toko coklatnya.


A chaotic wefie

Setelah selesai belanja di Sungei Wang, kami kembali ke hotel. Malamnya, kami memutuskan untuk ke Menara Kembar Petronas because hey what's a trip to KL without a pic in front of those towers AHAHAH. Kami naik Grab ke Suria KLCC dan turun di daerah mall. Kemudian Ayah tunjukkin jalan kan dari dalam mall dan kami ended up di daerah belakang mall dan cuma lihat kaya 2/3 dari menaranya HAHAHA. Jadi aku memutuskan untuk menggunakan Google Maps. Iya. Dalam mall pun pakai peta. Kami pun langsung jalan ke area depan dan kata security yang ada di daerah situ, kami gak bisa masuk, tapi dikasi alternatif untuk ke area luar, dan ternyata viewnya jauh lebih baik. Setelah selesai foto-foto, kami kembali lagi ke hotel HEHE. Karena kami harus packing dan ke bandara jam 4 pagi.


Kami pun naik grab lagi ke bandara, iya #TeamGrab banget. Setelah itu sampai di bandara sekitar pukul 5, dan langsung check-in. Setelah itu ya kewajiban yang sama, drop bagasi, lewat imigrasi dan nunggu buat penerbangannya. Terus sebelum itu kami singgah lagi ke be duty free hehe kalau kalian ingat dari blog post aku yang sebelumnya. Dan aku dibeliin pepero EXO sama Ayah! Yeay~
Lombok!
Penerbangan ke Lombok memakan waktu sekitar 3 jam, dan itu ada banyak orang Malaysia yang berlibur ke Lombok dimana aku baru tahu kalau tiketnya murah. Setelah sampai di Lombok, kami langsung ke terminal untuk melewati imigrasi lagi, yang antrinya sangaaaaaaaat panjang. Tapi untungnya staffnya baik! Karena aku waktu itu dorong kursi roda nenek, aku langsung dipanggil untuk stempel paspor. Dan kami ketemu orang Maros dong di bandara yang ternyata satu pesawat sama kami which is teman nenek aku, dan yang punya coto Dili. (Coto Dili itu enak banget sumpah kalian harus cobain tempatnya di sebelah kiri sebelum jembatan pasar Maros.) Setelah itu kami langsung ambil bagasi dimana ada beberapa koper yang rusak. Kami pun kemudian langsung ke pihak AirAsia, yang ternyata orang Bugis juga haha. Setelah isi form, kami langsung ke luar dan coba cari mobil untuk menuju hotel, setelah agak lama negosiasi, kami pun dapat mobil.
Di jalan, supir mobilnya banyak bercerita tentang Lombok, dan what was happening in Lombok waktu itu. Dan nenek aku, yang notabenenya
seneng makan, lihat semangka dan tergiur, kami pun beli satu semangka yang harganya sekitar Rp.10.000? Mungkin. Ternyata bandara dan pusat kota itu jauh, gengs. Jadi selain itu, supir mobil ini juga menawarkan paket jalan-jalan sehari, seharga Rp.400.000. Lalu ayah aku pun bilang dia bakal pertimbangin dulu.
Di Lombok sendiri, kami menginap di Lombok Plaza Hotel! Kata ayah ini sebagai tebusan hotel yang di Kuala Lumpur. Tidak lama setelah kami sampai, ada beberapa kru pesawat, atau bahasa kerennya awak kabin (cia) yang juga sampai. Kami pun mengira-ngira bahwa itu adalah pramugari untuk penerbangan kami ke Makassar. Iya sotoy emang.
Setelah check in, kami langsung simpan barang, dengan kondisi kelaparan. Awalnya kami ingin makan di restoran ayam taliwang yang sangat terkenal di dekat hotel, namun ternyata mereka tutup. So sed huhu. Aku, ibu, ayah dan Momo pun keluar untuk mencari makan dimana kami cuma ketemu penjual sate bulayak. Yang sepertinya lucu. Kami pun pesan 6 porsi untuk dibungkus dan dimakan di hotel. Setelah menunggu lumayan lama, satenya pun jadi! Yeay~ Tapi... kami harus membayar sekitar 100 ribu rupiah lebih untuk 6 porsi sate. Cuma kaget sih karena di Makassar sate kan cuma 10 ribu dong per porsi. Apa mungkin karena pakai daging sapi ya? Hm... entahlah.
Sate dan Bulayak, jadilah Sate Bulayak!
Setelah sampai di hotel, aku pun bagiin satenya dan langsung makan. Bentuk lontongnya itu lucu! Kurus dan panjang, tidak seperti lontong pada umumnya. Ohiya jadi lontongnya ini gak digabung di dalam satenya, melainkan terpisah. Bumbu satenya warna orange kecoklatan gitu sih? Dan rasanya agak pedas. Selain itu, rasanya tidak terlalu jauh berbeda seperti sate pada umumnya. Daging yang dibakar. AHELAH NGELAWAK NIH ICHA.
Our night walk
Kemudian malamnya, kami memutuskan untuk jalan kaki cari makan. Efek dari luar negeri itu bener-bener kerasa, geng. Yang dulunya kalau 300 meteran maunya naik mobil atau motor, setelah balik, 500 meter pun mau-mau aja jalan kaki. Jadi aku, ibu, Akhtar sama Momo menjatuhkan pilihan di warung lalapan. Iya jauh-jauh ke Lombok makannya di warung ayam bakar juga. Tapi nenek dan ayah lanjut ke warung bakso yang ayah liat di Google Maps. Yang ternyata warungnya tutup, mengharuskan ayah dan nenek makan yang lain. Harga makanan kaki lima di Lombok dan Makassar gak beda jauh sih, sebelas-duabelas lah. Dan kayanya aku gak harus describe ayam bakar itu rasanya seperti apa hehe. Karena rasanya gak beda jauh lah sama ayam bakar pada umumnya.
Keesokan paginya, kami sarapan di restoran hotel tanpa nenek, karena nenek puasa syawal, dan jatah sarapannya dialihkan untuk sahur. Pas sarapan, ayah bilang kita jadinya pakai trip dari om driver nya. Setelah sarapan, kami langsung menunggu om driver-nya. Setelah naik ke mobil, dijelasin deh kalau kita akan ke Desa Sasak, industri kerajinan tenun, beberapa pantai underrated (apa sih bahasanya), dan sisa waktunya kami bisa pilih.

Belajar menenun~
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah industri kerajinan tenun. Setelah turun dari mobil kami langsung disambut oleh pemandu yang menggunakan pakaian tradisional khas Lombok. Dia menceritakan tentang pentingnya menenun dalam kehidupan keluarga di Lombok, untuk keluarga yang masih menganut adat dengan kuat, ya. Jadi, perempuan-perempuan di Lombok sudah harus bisa menenun sebelum menikah. Mereka sudah mulai diajar menenun dari waktu kecil. Semakin besar, maka semakin rumit pula pola tenunannya. Karena katanya, menenun itu dapat dikerjakan di rumah, dan dapat membantu ekonomi keluarga, begitu. Oh dan bagian menyenangkan! Aku ditawari untuk mencoba menenun yang dengan senang hati aku iyakan. Aku kemudian duduk di depan alat tenun dan ada seperti kayu yang diikatkan di bagian belakang pinggang aku, jadi kita harus duduk tegak agar hasil tenunnya tidak longgar. Kemudian ada gulungan benang yang diseberangkan dari kanan ke kiri, lalu ada seperti kayu yang harus ditarik agar benangnya rapat. And i found it addicting, strangely. Untuk menenun satu kain sendiri memerlukan waktu yang bervariasi, ada yang berhari-hari sampai berminggu-minggu.
Me with the pwetty outfit
Setelah aku selesai dengan alat tenun, kami diarahkan ke dalam gedung dan ditawari untuk menggunakan baju tradisional! ANOTHER YES! Aku suka banget pakai baju tradisional. Menurut aku kelihatannya cantik. Baju tradisional apapun itu. Setelah itu, aku diminta untuk memilih kain tenun yang ingin aku pakai. Pilihanku jatuh sama kain tenun warna pink, yang kebetulan senada dengan jilbab dan baju aku. Aku pun dipakaikan baju yang aku baru tahu namanya lambung. Lucu ya? Katanya namanya lambung karena bajunya hanya sampai lambung. Iya, ala-ala crop tee gitu. Fun fact! Baju ini tidak memiliki bagian depan dan belakang, karena modelnya sama. Jadi insiden baju terbalik tidak akan terjadi. Hehe. Kemudian kain tenun yang aku pakai dililitkan menjadi bawahan, dan juga ada kain tenun yang diselempangkan. Setelah selesai, aku pun langsung foto-foto di depan rumah tradisional Lombok yang mereka punya di halaman belakangnya. Disaat pulang, aku baru baca bahwa nama tempat itu adalah Industri Kerajinan Patuh. Hehe.


Gerbang masuk ke Desa Sade
Tempat kedua, Desa Sasak di Sade, Lombok! Setelah turun dari mobil, kami masuk ke daerah desa ini dan disambut lagi oleh pemandu wisata~ Kami pun duduk di satu tempat dan dijelaskan sedikit tentang adat di kampung itu. Jadi itu adalah salah satu kampung yang paling tua di daerah Lombok Tengah. Kampung ini memang merupakan tempat wisata, tapi tidak di'museum'kan. Kampungnya tetap ditempati oleh keluarga-keluarga yang ada disana. Tahu, gak? Disana ada 150 rumah, yang masing-masing 1 kepala keluarga, dengan kurang lebih 700 orang, dan semuanya satu garis keturunan. Aku ulangin, satu garis keturunan. Hebat gak? Karena katanya mereka kalau menikah paling sama keluarga jauh. Kenapa? Karena kalau mereka menikah sama orang yang dari luar desa, maharnya bisa sampai 2 ekor sapi. Sedangkan kalau di desa yang sama, cukup dengan melakukan aji krame atau mahar berupa 25 lembar kain tenun dan seperangkat alat sholat. Disana juga kalau mau menikah, mereka harus menculik perempuannya. Ngelamar malah dianggap penghinaan. Jadi basically nikah culik ini sama aja kayak nikah paksa. Perempuan itu harus tetap menikah dengan laki-laki yang culik dia, suka ataupun gak suka. Kesimpulannya apa? Cinta tuh butuh keberanian. (WOE.) Nah pas malamnya habis diculik, harus dibawa keluar kampung, dan utusan keluarga laki-laki langsung ke keluarga perempuan untuk kasihtau kalau anaknya diculik. HA. Drama as its finest. Dan sampai sekarang pun masih seperti itu. Setelah dijelaskan, kami pun diajak berkeliling kampung untuk lebih lanjutnya.

Kakak pemandu wisatanya menjelaskan tentang rumah adat yang ada disana. Dimana lantainya masih menggunakan tanah liat, dan dibersihkan dengan kotoran kerbau yang masih hangat. Seperti indomie rebus. Iya jadi dibersihkan pake kotoran kerbau biar tidak mudah retak katanya. Dan juga, pintu depan rumahnya dibuat rendah sebagai tanda menghormati pemilik rumah saat masuk. Padahal, waktu baru sampai aku tuh foto-foto dan kepalaku kejedot di pintunya yang kemudian menimbulkan protes. Pas tahu alasannya jadi malu sendiri. Kemudian, ada tiga anak tangga di tiap rumah yang menyimbolkan tiga ajaran yang dianut oleh generasi nenek moyangnya, yaitu Islam, Hindu dan Animisme. Yang disaat semuanya sudah 100% Islam, ditambah 2 anak tangga di bagian bawah. Dengan total 5 anak tangga yang berarti sholat lima waktu. Smooth banget ya HAHA. Dan di tiap rumah ada 2 kamar, satunya kamar untuk melahirkan, dan yang lain dapur digabung dengan kamar anak gadis.
Belajar memintal benang, yeay!
Setelah selesai dijelaskan, kami ketemu sama nenek-nenek yang lagi mintal benang di satu rumah-rumah gitu! Dan aku pun ditawarin untuk memintal benang, lagi, why not? Terus aku duduk kan ya di depan alatnya dan dikasih pegang gulungan kapas yang nanti seratnya ditempel diujung alat, terus alatnya diputar biar bisa jadi benang. Alatnya bener-bener tradisional! Masih terbuat dari kayu. Dan ya, memintal benang itu jauh lebih sulit dari menenun.
Setelah itu kami keliling lagi dan ketemu beberapa tempat yang seperti toko, dan ternyata itu adalah semacam koperasi untuk perempuan-perempuan yang ada di daerah situ untuk menjual hasil karyanya. Selepas berkeliling, kami pun lanjut ke destinasi selanjutnya, pantai!

Let's go to the beach, let's go get a wave! Tempat selanjutnya adalah pantai yang ada di Lombok! Tapi, bukannya dibawa ke Pantai Senggigi, kami malah dibawa ke beberapa pantai yang belum terlalu dikenal, dan masih alami! Ada dua pantai yang kami kunjungi, Pantai Tanjung Aan, Pantai Kuta Mandalika dan Pantai Kuta Lombok. Iya, Lombok pun punya Pantai Kuta hihi. Dan disini ada sedikit penyesalan karena gak bawa baju ganti sama sekali, padahal pantainya sangat mengundang untuk main air! ; - ; Jadi ya ended up main di pinggir pantai saja, foto-foto dan minum es kelapa muda~
Setelah pulang dari kedua pantai ini, kami singgah ke salah satu toko mutiara yang lumayan besar di Lombok. Jadi agak lama ya disini, tau lah ibu-ibu rempongnya kaya gimana. Terus harganya agak mahal ya, karena katanya pada bersertifikat semua. Apaan aku juga sertifikatnya banyak tapi gabisa dijual. Tapi ternyata ku juga dibeliin dong hehey seneng. Setelah dari toko mutiara, kami langsung ke satu pantai lagi yang sepertinya terkenal. Karena masuk pun harus bayar, tapi ternyata tidak secantik dua pantai sebelumnya! Yang ternyata, adalah Pantai Senggigi. Mungkin karena efek habis lihat pantai yang masih alami ya, dan pasirnya bener-bener putih, pas lihat Senggigi tuh jadi kaya... meh. Tapi ya balik lagi, pandangan tiap orang beda-beda. Kami bahkan gak nyampe 20 menit di Senggigi ini, cuma masuk, lihat kaya gimana, terus keluar lagi.... Dan diluar ketemu abang bakso. Jadi deh beli dulu hehe.
Penampakan mesin game
Dari Pantai Senggigi, kami singgah untuk makan di rumah makan khas Lombok, yang yaaaa sedikit pricey, hehe. Habis itu langsung ke salah satu mall di Lombok, Lombok Epicentrum Mall. Setelah berkeliling sebentar, ayah, ibu sama nenek memutuskan untuk ke Excelso, sedangkan aku sama adek, mau ke TimeZone. Jadi deh kami misah, dan guess what i found! Ada mesin game yang injak-injakan itu, tapi lagunya update! Kurang bahagia apa... Disitu ada lagu iKON, Produce 101, G-Friend, Blackpink, banyak deh pokoknya. Aku main sampai keringatan. Hehe. Setelah main aku sama adik-adik aku ke Excelso deh. Setelah itu langsung balik ke hotel.
Pas sampai di hotel, karena aku bosan jadi aku memutuskan untuk berenang. Terus keinget dong semangka yang dibeli kemarin belum dimakan sama sekali. Jadi aku minta pisau ke masnya lewat telepon, dan tiba-tiba masnya datang buat minta semangkanya dan katanya dipotongin! Hihi masnya baik sekali :") Jadi habis masnya potongin dibawain deh ke kamar. Tapi ternyata gak kenyang. Solusinya? Go-Food dong wkwk.
Setelah Go-Food, diriku pun makan dan berenang, habis itu istirahat dan siap-siap untuk kembali ke Makassar keesokan harinya.
——————————————
This trip is really the most memorable trip among other trips on 2017. Thank you for reading this until the end, see you on my other story, lovely people! ♡

Komentar

Postingan Populer